Mudahnya berbudidaya jamur tiram putih

Usaha budidaya jamur tiram sangat cocok untuk daerah beriklim tropis seperti di Indonesia. Modal yang dibutuhkan untuk memulai usaha ini cukup murah dan bisa dilakukan secara bertahap dengan tingkat keberhasilan yang tinggi serta perputaran modal yang cepat.  Karena dalam waktu periode panen 3 bulan mampu menghasilkan dengan perkiraan Harga Pokok Produksi (HPP) bisa mencapai 50%.  Bagian tersulit adalah membuat baglog atau media tanam yang telah diinokulaikan dengan bibit jamur dimana semua proses harus dilakukan secara aseptik, salah satunya melalui cara sterilisasi.

Nama latin jamur tiram adalah Pleurotus ostreatus, termasuk dalam kelompok Basidiomycota. Disebut jamur tiram karena bentuk tajuknya menyerupai kulit tiram. Berwarna putih berbentuk setengah lingkaran. Di alam bebas, jamur tiram putih biasa ditemukan pada batang-batang kayu yang sudah lapuk. Mungkin karena itu, jamur tiram sering disebut jamur kayu.

 Potensi Pengembangan Jamur Tiram Putih

Usaha budidaya jamur tiram putih di Kecamatan Lawang Kidul (orang biasa menyebutnya Tanjung Enim), Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan dinilai memiliki potensi pegembangan yang cukup bagus. Karena disamping proses budidayanya tidak terlalu sulit, pemasarannyapun cukup mudah, tanpa dipasarkan biasanya para pengumpul jamur tiram datang sendiri mengambil produksi jamur tiram ke petani.

Sedangkan pasar jamur tiram dinilai berprospek bagus. Contohnya, untuk kebutuhan di Pasar Baru Tanjung Enim saja per hari sebanyak 127 kilogram, namun petani jamur tiram Tanjung Enim baru sanggup memasok sekitar 60 kilogram per hari. Sehingga sisa pasokan banyak berasal dari luar daerah seperti Lampung, Martapura dan Kecamatan tetangga yaitu Muara Enim. (Data Mapping Buyer’sLPB Pakiga Bulan Januari 2017)

Saat ini panen untuk 1.000 baglog bisa mencapai 3-5 kilogram per hari, dengan masa produktif baglog selama 2 bulan.  Sedangkan harga 1 kilogram sebesar Rp 20 ribu di tingkat pengepul. Sampai saat ini, jamur tiram produksinya belum mampu menutupi pasar untuk wilayah Kecamatan Lawang Kidul.

Bekarya Bersama Paguyuban Tihau Kite

Dalam menjalankan program pembinaan masyarakat di daerah operasi tambang PT. Pamapersada Nusantara (PAMA), yang berada di wilayah Kabupaten Muara Enim dan Kabupaten Lahat, bekerjasama dengan Yayasan Dharma Bhakti Astra (YDBA), mendirikan Lembaga Pengembangan Bisnis Pama Kite Gale (LPB Pakiga) yang diharapkan memberikan manfaat bagi petani dan UMKM sekitar area operasional tambang dan mess perusahaan tersebut.  Keberadaan LPB Pakiga diharapkan mampu membantu meningkatkan taraf ekonomi masyarakat pasca tambang.

LPB Pakiga diresmikan pada Tanggal 5 Juni 2015 Oleh Bapak Ir. H. Kahan Fakhri Adriansyah, M.Si (Project Manager PT. Pamapersada Nusantara Distric MTBU).  Hingga Tanggal 30 Desember 2016 LPB Pakiga saat ini sudah memiliki 212 UMKM Mitra Binaan yang tersebar disekitar wilayah kerja PT. Pamapersada Nusantara Distric MTBU, dengan jumlah pelatihan yang diadakan sebanyak 13 kali pelatihan dan 58 Jam pendampingan.

Pada Tanggal 21 Oktober 2016, UMKM Pertanian Jamur Tiram di Kecamatan Lawang Kidul resmi dijadikan sebagai Sektor Unggulan LPB Pakiga.  Untuk memperkuat sektor unggulan tersebut, dibentuklah sebuah paguyuban yang dapat dijadikan sebagai wadah komunikasi antara sesama UMKM yang meliputi sinkronisasi produk, penyamaan harga, daftar vendor, hingga data supplier/buyer’s. UMKM Pertanian Jamur Tiram yang tergabung dalam “Paguyuban Tihau Kite” sudah beranggotakan 25 orang petani pembudidaya jamur tiram, pembibitan, hingga olahan makanan berbahan baku jamur tiram.[/fusion_text]